Sabtu, 13 Juni 2009

DOKUMENTASI

Pawon Gêndhèng
Membuat genteng (gêndhèng), telah menjadi tradisi pencaharian wargaTinggarwangi sejak lama.
Sumber bahan baku dari tanah-tanah kosong di desa, serta lapisan atas tanah sawah yang sudah kurang subur. Pasir dari sungai Tajum. Konsumen sampai mencapai bagian timur Jawa Barat, diangkut truck, gerobag dan perahu menyusuri sungai Tajum sungai Serayu, laut selatan, masuk sungai Donan di perbatasan Cilacap - Jawa Barat. Kini sudah mulai hilang.

Éyang Maryati (3) dan Éyang K. Kartoatmadja adalah pengusaha ulet bidang pembuatan, pembakaran dan penjualan serta distribusi genteng. Gambar lama ini menunjukkan pawon (tungku) pembakaran genteng. Yang mejeng sih, adik-adiknya, anak cucu dan tetangga. Gambar diambil sekitar tahun 1969-1970. Masih jaman foto hitam putih. Masa itu, bisnis genteng dengan memiliki tungku pembakaran, sudah termasuk golongan menengah. Bisakah kalian mengenali siapa mereka?

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Pas banget...! Kemarin pulang ke Margasana acara syukuran pernikahan Disty. Ngobrol sama famili orang BRI. Aku tanya, "kenapa BRI Unit Desa Margasana belum juga on-line, padahal BRI Jatilawang sudah?". Ternyata ybs juga nggak begitu paham, tapi menjawab "...ungkin karena di BRI Margasana masih banyak tunggakan macetnya, salah satu penyebabnya karena ambruknya industri genteng di Tinggarwangi...."
Apa betul begitu...? Jawabannya meneketehe (baca : mana ku tahu)

Salam hangat,
Goen Sancoko

Turipto Ds. mengatakan...

Nggak cuma industri genteng yang runtuh. Tehnik bertani merosot tajam ... ada hubungannya dengan lebih suka kerja di kota dan ... "keluar". Jadi tki dan tkw, gitu loh!

widiya jatmiko mengatakan...

Setidak nya salah satu cucu nya (baca: Wiwit), mengembara ke negeri sebrang utk belajar keramik (genteng yang dibuat di tinggarwangi termasuk keramik tradisional lho)dan gelas. Doa in aja bisa memajukan desa tinggarwangi kalo lulus kelak :D