Ujung-ujungnya, jadi PR. Semua murid, satu persatu harus maju ke depan kelas, mengucapkan isi halaman pertama buku itu dengan benar. Jika seseorang menghafal dengan benar maka dia “dilantik jadi King ... “. Ternyata masih banyak yang cuma jadi punggawa ... Selain sebagai Kepala Sekolah, beliau mengajar bahasa Inggris bidang Comprehension. Bidang grammar pengajarnya Miss Tjoa.

Romeo and Juliet
Film Romeo dan Juliet tengah diputar di bioskop Elita Purwokerto. Saya tidak tahu pa masih ada? Jika masih apa namanya masih sama. Lokasinya di sebelah timur Stasiun Timur, berseberangan dengan Kantor Pos. Kami (murid-murid sekelas) diajak menonton, pertunjukan siang. Bruder non film? Apa nggak boleh? Lagi pula ini Romeo Juliet atas dasar karya Wiliiam Shakespeare, pujangga Inggris yang amat beken. Penglihatan saya sudah kurang sempurna, tapi belum bisa (di) belikan kacamata. Jadi teks terlihat agak kabur kalau melihat dari kelas 1. Kelas 1 di bagian belakang, kelas 2 di tengah, kelas 3 alias kelas embèk (paling murah) di depan yang terlalu terang dan agak menengadah. Belum ada istilah VIP.Bruder mengetahui kekurangan saya, mengatakan: Perhatikan gambarnya, dengarkan bicaranya. Itu yang penting! Bertahun-tahun kemudian, setelah belajar komunikasi, ternyata ada benarnya. Selaras dengan kekuatan audio-visual, film punya sifat “memaksa”. Ruang yang gelap mendorong penonton untuk fokus, dan larut mengikuti jalan ceritera. Cilakanya, begitu bubar, di luar hujan. Saya berteduh menunggu hujan reda. Eh, bruder Jos terus saja ngoyos menerobos hujan, jalan kaki pulang ke asramanya! Tidak ada kamusnya: naik becak. Lha, kami (sebagian murid-muridnya) ikut juga. Malu rasanya enak-enak berteduh. “Oh, Romeo, Romeo where art thou!”
Perpustakaan
Ada salah satu ruangan di bangunan SMP Bruderan (di bagian depan) yang dipakai untuk perpustakaan. Tersimpan buku-buku dan piringan hitam pelajaran bahasa Inggris. Masa itu, belum ada tape (baik yang rol maupun bentuk kaset, apalagi cakram). Entah mengapa Bruder menunjuk saya untuk ikut “ngurusi” koleksi buku di perpustakaan. Ya cuma saya. Menata, mendaftar, membuat catatan peminjaman, termasuk selebaran pengumuman yang dipasang pada papan pengumuman. Cukup banyak buku di dalamnya. Mau tidak mau laah ... banyak membaca judul buku. Judulnya aja!
Semula saya berfikir, bruder itu ya ngajar, urusan gereja, kebaktian dan sejenisnya. Ternyata saya keliru, saat bersama kerja bakti merapikan lokasi yang dikenal dengan Taman Widjajakusuma, sebelah barat Kodim (sebelah selatan jalan Raya sebelum jembatan menuju stasiun KA). Dekat simpang tiga Jalan Bank. Kini saya tidak tahu persis, apakah lokasinya masih ada. Beliau tidak sungkan mengangkat cikrak, berisi tanah dan bebatuan. Kalau sudah begitu, siapa yang berani mau ber-léha-léha?
Dengan blog Sêkalané Kémutan saya coba mengenang beberapa sekuen tatkala menjadi murid SMA Bruderan Purwokerto. Kejadiannya sudah lama (tentu saja). Namun banyak bagian yang tetap segar dalam ingatan. Jika saya menulis tentang tentang Bruder Aëtius dan Bruder Jos, karena ada hal-hal yang sangat khas. Beliau adalah rohaniwan yang juga punya tugas pendidikan. Memberi gambaran bahwa menjalankan amanah itu seolah tiada batas. Terimakasih yang tulus saya juga sampaikan kepada semua staf pengajar. Mugi tansah winêngku ing karahayon.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar